Rabu, 10 September 2014

BENCANA BANJIR DI SUATU DESA

Ini adalah cerpen ketiga saya, so let's read now


BENCANA BANJIR DI SUATU DESA
  
Disuatu desa ada sebuah sungai yang dulunya bersih, tapi belakangan ini warga desa tersebut selalu membuang sampah ke sungai tersebut, sekarang sungai tersebut menjadi sangat kotor. Pada suatu hari ada seorang ibu – ibu yang sedang menyapu, ibu tersebut bernama ibu Eli. Dia adalah salah satu warga di desa tersebut. “duh, sampah dirumahku sudah menumpuk. Dimana lagi ya saya membuang semua sampah ini?” ujar ibu eli kebingungan. Datanglah ibu Ani yang merupakan tetangga ibu eli. “sedang memikirkan apa bu?” tanya ibu ani. “Begini, sampah dirumahku makin menumpuk tapi aku tidak tahu dimana aku harus membuang semua sampah ini?” jawab ibu eli yang kebingungan. “Sampah dirumah saya juga menumpuk jadi dimana ya kita membuang sampah?” seru bu ani yang juga kebingungan dengan masalah yang sama.
 
Tiba – Tiba Datanglah 2 orang bapak – bapak yang kebetulan lewat dan mendengar percakapan kedua ibu- ibu tersebut, mereka adalah bapak andi dan bapak budi. “Ibu – ibu sedang ngobrolin apa sih?, kok kayak orang bingung gitu” ujar bapak andi. ”ini kami lagi ngobrolin sampah – sampah yang dirumah kami . Sampah – sampah ini sudah menumpuk dan kami bingung membuangnya dimana? Sedangkan di desa ini kan tidak ada TPS” ucap ibu eli. “istri saya di rumah juga sedang ngomel ngomel tentang masalah ini” kata bapak budi. “ini salah pemerintah, kenapa di desa kita tidak dibuat TPS?” ujar bapak andi sedikit marah. “Tenang pak andi, bagaimana kalau kita buang sampahnya di sungai saja?” bapak budi memberi ide. “Ide bagus pak budi! sungai tidak ada yang punya ini” jawab bu eli semringah. “Saya setuju” jawab bu ani mengiyakan perkataan bu eli.
 
Akhirnya warga desa pun sepakat untuk membuang sampah ke sungai
. Beberapa bulan kemudian, sampah disungai tersebut makin menumpuk akhirnya lambat laun sungai tersebut penuh dengan sampah. Puncaknya pada musim hujan terjadi banjir di desa tersebut. Akan tetapi banjir tersebut tidak memakan korban karena masyarakat segera dievakuasi, setelah banjir berlalu para tokoh masyarakat di desa tersebut diskusi tentang bencana banjir di desanya. Adalah Anvi, seorang warga yang juga merupakan aktivis lingkungan di desa tersebut memberikan tanggapan.“ayo warga segera kita mengungsi karena saya khawatir banjir akan terjadi karena hujan lebat ini” ujaar anvi. Upaya anvi pun berhasil, dia berhasil mengevakuasi warga dan membuat bencana tersebut tidak memakan korban jiwa sama sekali.Namun ia tetap kebingungan mengapa desanya bisa terjadi bencana banjir, “Gimana ini desa kita udah terendam banjir?!”, “sepertinya para warga membuat aliran sungai terhambat akibaat sampah rumah tangga yang mereka buang di sungai” ucap Nari, seorang pemuda di desa tersebut. “tidak seharusnya warga tidak membuang sampah di sungai ini!” ucap Madi, teman nari di desa tersebut.“Bagaimana kalau kita laporkan hal ini ke pak lurah?” kata anvi. “Ayo, kita laporkan!” jawab madi dan nari serentak.
 
Sesampainya mereka bertiga di kantor pak lurah, mereka langsung mengadukan hal tersebut.”Permisi pak? Bolehkah kami masuk?” kata anvi mewakili kedua temannya.”Silahkan masuk, ada perlu apa kalian bertiga datang kemari?” jawab pak lurah. “Begini pak, di desa kami sudah terjadi banjir & ini gara – gara ulah warga membuang sampah ke sungai karena tidak ada tps!” ucap madi dengan nada tinggi. “Bagaimana tanggapan bapak mengenai hal ini?” tanya anvi. ”Maaf ini memang salah saya karena tidak membuat tps. Baiklah, setelah banjir surut saya akan membuat tps. Tolong beritahu kepada warga.” Kata pak lurah menjawab pertanyaan anvi. ”Terima kasih atas kerjasamanya pak, kami mohon pamit” kata anvi. Tugas mereka pun selesai setelah berhasil bersosialisasi dengan pak lurah tersebut.
 
Sesampainya di tempat pengungsian mereka bertiga pun langsung memberitahu apa yang mereka bicarakan dengan pak lurah. “Bapak – bapak, ibu – ibu, saya sudah bertemu pak lurah & ia sudah meminta maaf & ia akan membuat tps setelah banjir surut” ucap madi memberi tahu para warga di desanya. “Hore!!!!!!!!!!” teriak para warga yang senang dan antusias. Tiba – tiba saja, bapak budi berdiri di depan para warga dengan muka lesu seraya mengucapkan “Para warga sekalian, saya meminta maaf, ini memang salah saya, karena menyuruh warga warga untuk membuang sampah di sungai”.Para warga sempat tersulut emosinya mendengar perkataan pak budi namun anvi pun mencoba mendinginkan suasana. “Sudah, sudah, ini semua sudah berlalu,ayo kita bangun desa kita kembali!” kata anvi sembari mendinginkan suasana. Akhirnya para warga bergotong royong membenahi desa mereka & mereka tertib menjaga lingkungan & membuang sampah ke TPS.


SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar